Ilustrasi |
JAKARTA, SPM - Ide untuk menulis tulisan ini muncul setelah melihat
dan mengamati gaya dandanan yang belakangan ini terlihat berlebihan pada
kebanyakan Perempuan Asli Ras Melanesia dari Tanah Papua. Entah itu
asli atau palsu tidak jelas. Sehingga, seringkali susah dalam
membedakannya. Hal tersebut sangat nampak secara khusus pada tata rias
yang dilakukan pada rambutnya.
Pada hakekatnya, Bangsa Papua Barat Ras Melanesia memiliki ciri khas
khusus yang membedakan dengan suku bangsa lain di dunia. Tidak lain
adalah dengan hitam kulit dan keriting rambutnya. Perbedaan itu pula
yang sesungguhnya membuat kita adalah unik, khas dan tidak ada duanya.
Namun demikian, sayang sekali karena kekhususan tersebut kini terlihat
mulai pudar. Betapa tidak mungkin, saat ini banyak kawula muda yang
mulai tampil sesuai dengan gaya dan trend yang sedang berkembang. Baik
itu dengan pernak-pernik ataupun busana yang dikenakan maupun pada ciri
fisik yang ada pada dirinya.
Salah satu contohnya adalah pada rambut dari setiap Perempuan Asli Ras
Melanesia Papua. Saat ini banyak dari mereka yang mulai ramai dengan
membuat variasi pada rambutnya. Baik itu pada bentuk, ukuran maupun
warnanya.
Ada yang menarik rambut keriting keribu mereka menjadi halus dan lurus
sebagaimana seperti orang dari Ras Melayu (rebounding). Selain itu, ada
juga yang mewarnai rambutnya yang sesungguhnya hitam keriting menjadi
lurus dan berwarna-warni (coloring).
Tidak hanya itu, ada juga dari mereka yang kini hanya membeli
potongan-potongan rambut dari orang lain. Lalu mereka mulai sambung
menyambung menjadi panjang. Sehingga terlihat ada perubahan secara cepat
(instant) pada rambutnya.
Selain itu, ada juga yang hanya membeli topi yang dibungkus dengan
berbagai jenis rambut palsu. Sehingga, ketika mengenakannya terlihat
benar-benar seperti rambut yang ada dan tumbuh pada kepalanya.
Padahal, sesungguhnya untuk mengubah bentuk, ukuran dan warna dari
rambut yang alami membutuhkan waktu yang sangat lama. Contohnya untuk
menjadikan rambut berbentuk ikal, tebal dan panjang (talingkar) harus
melalui proses perawatan yang intensif dan terus-menerus. Karena ia
tidak bisa berubah hanya dalam tempo sesaat sebagaimana yang lazim
dilakukan oleh muda-mudi saat ini.
Kendatipun demikian, dapat dipahami bahwa semuanya itu dilakukan
barangkali untuk meniru gaya dan penampilan dari para tokoh idolanya.
Baik itu dari kalangan para pemain bola ataupun penyanyi terkenal. Akan
tetapi, tentunya dipahami bahwa sampai kapanpun mereka tidak akan sama
persis seperti orang-orang kebanggaannya tersebut.
Sebagai contoh mereka yang sering diidolakan kebanyakan dari kalangan
para penyanyi kulit hitam. Mereka adalah seperti Bob Marley, Lucky Dube
(alm) ataupun para penyanyi grup-grup band yang biasa tampil dalam
Musik ReggaeRastaman.
Padahal, jika itu sebagai ungkapan kekaguman terhadap salah seorang
tokoh, maka seyogianya tidak perlu berpenampilan sama seperti mereka.
Tetapi, hal lain yang sesungguhnya lebih penting adalah belajar dan
meniru semangat dan ideolologi yang pernah mereka ekspresikan. Karena
untuk meniru penampilan secara fisik seringkali lebih mudah dari pada
semangat dan daya juangnya.
Selanjutnya, meskipun suatu barang sangat tidak sama dengan
manusia,tetapi ulasan berikut ini digunakan hanya sebagai daya
pembanding (analogy) untuk memperjelas betapa pentingnya menjaga
identitas dan jati diri dari setiap orang. Karena semakin tidak asli,
maka tentu akan mengurangi harkat, martabat dan derajat dari seseorang.
Ibarat suatu barang. Jika ia asli (original), maka tentu memiliki nilai
jual yang sangat tinggi karena kualitasnya. Tetapi, jika barang tersebut
hanyalah hasil tiruan (modification), maka sudah sangat jelas ia akan
terlihat murah meriah. Bahkan seringkali tidak ternilai karena memang
tidak laku. Akhirnya, terlihat kedaluwarsa dan tidak layak dipakai oleh
orang (expired).
Ketahuilah bahwa hal senada juga yang
bisa terjadi pada identitas jati diri seseorang. Terlebih adalah dalam
hal pengakuan sebagai putra dan putri terbaik Asli Papua Ras Melanesia.
Sebagaimana pernah diakui oleh banyak orang. Baik itu melalui tulisan di
berbagai media massa maupun secara lisan.
Sehingga, berikut ini adalah salah satu
contoh pengakuan diri yang pernah ada dalam bentuk lisan yakni dalam
alunan lagu. Lagu tersebut adalah dengan judul Aku Papua ciptaan Frangky
Huberth Sahilatua (alm) yang dinyanyikan oleh Edo Kondologit.
Oleh karena itu, marilah kita baca, nyanyi dan menelaah makna dari setiap kata dan kalimat dari syair lagu berikut ini.
Tanah Papua, tanah yang kaya surga kecil jatuh ke bumi seluas tanah sebanyak batu adalah harta harapan.
Tanah Papua, tanah leluhur, di sana aku lahir bersama angin bersama daun aku dibesarkan.
Hitam kulit, keriting rambut, aku Papua 2x
Biar nanti langit terbelah, aku Papua
Tanah Papua tanah yang kaya, surga kecil jatuh ke bumi seluas tanah sebanyak batu adalah harta harapan,
Ooo, tanah Papua, tanah leluhur di sana aku lahir, bersama angin, bersama daun aku dibesarkan.
Ooo, hitam kulit, keriting rambut aku Papua
Hitam kulit, keriting rambut aku Papua.
Ooo, biar nanti langit terbelah, aku Papua
Hooo.! Aku Papua keriting rambutku, hitam kulitku
Aku Papua
Semoga, gema dan makna dari setiap kata dan kalimat yang terdapat dalam
lirik lagu di atas ini, akan terus hidup dalam setiap pribadi Generasi
Muda Asli Papua Ras Melanesia untuk menghidupi semangat dan daya juang
demi Tanah dan Bangsa Papua kelak.
Akhir kata, kritik itu biasa. Manusia ada lemahnya. Selagi hal tersebut
adalah untuk perubahan yang mengarah pada kebaikan bersama demi hari
esok yang lebih baik.
Salam perubahan!.
0 Komentar