Perempuan Papua |
JAYAPURA, SPM - Perempuan
bagi saya, dalam dunia lelaki, adalah mahluk terhebat di dunia. Binatang dan
tumbuhan meskipun keduanya merupakan kebutuhan bagi saya, tetapi kebutuhan
tersebut masih berada di bawah kebutuhan terhadap perempuan. Bagitu hebatnya
sosok perempuan. Mampu menangis di balik jerami, mampu pula perempuan tertawa di
balik kesedihan seorang lelaki. Namun, saat ini saya bukan tidak membenarkan
beberapa tingkah lelaki yang saya kenal.
Dari banyak pengalaman hidup, banyak
pula lelaki yang ditidurkan oleh perempuan. Maksudnya
ditidurkan disini adalah ditidurkan secara mentalitas. Kewibawaannya terhadap
lingkungan sosial tidak lagi menonjol akibat tonjolan perempuan.
Ada apa dengan
sosok perempuan sehingga dunia kaum lelaki dalam pergerakan tidak lagi berjalan
atau disebut dengan mampet? Sebuah pertanyaan yang mampu membangun militansi
dunia pergerakan bagi lelaki. Lelaki yang berada di dunia pergerakan atau
aktivis akan menghadapi dua tawaran diri bila dihadapkan pada sosok perempuan
‘molek’. Pilihannya adalah dipengaruhi atau mempengaruhi. ‘molek’ di sini saya
sebutkan bukanlah molek secara kekompleksan tubuh melainkan kekompleksan hati
dan psikologi.
Hati yang tepat diantara dua jenis kelamin yang berbeda dapat
saling berbagi dan membagi, sedangkan psikologi dapat saling mengerti dan
melindungi. Ketika pembenturan seorang lelaki dihadapkan pada sebuah
seksualitas, sebuah kebutuhan manusia, kecenderungan orientasi perilaku adalah
seksualitas dengan banyak meninggalkan kewajiban sebagai lelaki aktivis.
Banyak
ketertinggalan dunia organisasi pergerakan saat ini salah satu penyebabnya
adalah perempuan. Artinya, dengan melekatkan hati dan pikiran sebagai seorang
lelaki terhadap perempuan, maka seperti yang saya katakan di atas bahwa lelaki
akan berorientasi perempuan demi pemenuhan kebutuhan seksualitas.
Seksualitas
tidak hanya mengenai tubuh. Bagian-bagian terkecil yang selalu tampak dan
perilaku mendekatkan diri pada lawan jenis pun dapat dikatakan sebagai sebuah
pola seksualitas. Lelaki yang normal akan mendekatkan diri pada perempuan
(lawan jenis) ketika terekam oleh mata adalah sosok perempuan ‘molek’.
Kewajiban sebagai aktivis pun, yang selalu hidup memengaruhi sosial dan berjuang
terhadap kaum marjinal ditinggalkan dengan adanya sosok perempuan tersebut.
Ada
banyak kisah nyata yang saya hadapi, dan tidak memunafikkan diri bagi saya.
Beberapa waktu yang lalu, saya sempat termakan oleh sikap hati karena timbulnya
pengaruh hati terhadap pikiran, sehingga kewajiban-kewajiban sebagai penggiat
dunia sosial tertinggal.
0 Komentar