ilustrasi gambar/kabarmapega.com |
Aku anggap kau binatang
Aku menganibali tubumu
Padahal kau manusia
Aku anggap kau jantung pisang
Kutebusi dengan panah tima
Padahal kau jantung rakyat
Aku anggap kau batu
Aku menginjak-injaki dengan laras
Padahal kau angin
Aku anggap kau gunung
Aku gempurkanmu dengan besi
Padahal kau awan
Aku anggap kau boneka
Ku mengenakanmu kain kafan
Padahal kau punya roh dan jiwa
Aku anggap kau seorang diri
Aku membunuhmu
Padahal kau berjuta pasir pantai Pasir Dua
Aku anggap kau telah sirna
Aku menguburkanmu dalam kegelapan
Padahal wajahmu bergejolak disana-sini
Aku anggap kau telah tiada
Aku legah tanpa wajahmu pemberontak bebas
Padahal jiwamu mengalir dalam nadi sejuta kawan
Hidup, hidup, hidup, hidup rakyat yang melawan
Jhe Gobai, 105 Room, Jogja, 06/09/2016
0 Komentar