Kelas sosial dan Prekpektif dari Kolonialisme

                     Photo Perantara

Perbedaan subjektif itu dibuat dari Pusat, gaya Pusat atau Pemerintah pusat terus menjelar ke seluruh Pelosok atau pun West Papua. Sejak, lama kami hidup dengan tradisional kami tidak pandang tradisional modern yang penuh dengan manipulasi informasi dan lain-lainnya. Gambar yang ada tertera merupakam tradisi kebebasan masyrakat sendiri dan tidak pandang dengan gaya luar. Mereka ini ingin bebas di atas negri leluhur untuk Hak Penentuan Nasib Sendiri biar perubahan itu di ubah dalam hidup rakyat West Papua itu sendiri. Seperti dulu Indonesia  bebas dari Penjajah Belanda.

Jangan tanyakan soal Otusus, Freeport, BP LNG tanggu di Sorong (Minyak), kelapa sawit dan pembanguna  lainnya. Semua itu, adalah hak kolonial mengembangkan Neo Kolonialisme baru di West Papua.

Maka, Apa kah mereka menjamin atau tidak? Itu hal konyol semua itu agendan Imprealisme, Kapitalimse dan kolonialisme Indonesia yang sedang di kembangkan. Negara Maju dan Negara berkembang mengembangkan nama NeoLib (Neo Liberalisme) dengan fasis terhadap rakyat biasa dan rakyat yang ingin menentukan Nasib Snediri seperti di West Papua. Sesungguhnya, media Indonesia mendokrinisasi rakyat sendiri dan memutar balikan apa yang sedang terjadi di West Papua.

Rakyat Amber di Papua merupakan implementasi penjajahan juga dari kebiadaban gaya Transmigran yang di tetap oleh Indonesia dan Indonesia gampang saja mendokrinasi rakyat Amber di West Papua. Meskpun sebagian sadar akan melawa itu, tetapi penerapan transmigran  Amber di West Papua adalah Karna luar West
Papua full dengan manusia, tugas negara mengembangkaan ideology Pancasilais, dan kebanyakan bisnis eksport impor. Semua kategorikan adalah (Tenaga kerja) tenaga kerja itu juga sedang terjajah dari beragam sisi oleh Pusat pemerintahan dan beragam  kondisi lainnya di West Papua.

Masalah di West Papua tidak bisa di jelaslan begitu sja. Dan banyak yang harus di beda dan anallisakaan dalam investigasi kelas sosial maka membutuhkan solidaritas yg seluasnya.

Editor. HK 89


Posting Komentar

0 Komentar