20 TAHUN BIAK BERDARAH 06 JULI 1998


“Negara Indonesia Harus Bertanggung Jawab Atas Pelanggaran HAM Di Papua Dari Tahun Ke Tahun”
Diskusi di mulai tepat, pukul 10:00 WIB. Masa yang hadir saat diskusi 25 orang. pematik mengarahkan diskusi dengan mengawali serta menguraikan situasi saat biak berdarah itu dengan memberikan beberapa ringkasan sejarah.
Setelah pematik menceritakan sejarah ada beberapa pertanyaan Refleksi yang dilahirkan yaitu, Kenapa rakyat papua Bersatu untuk melawan kolonial Indonesia disaat itu? Apakah engkau mau belajar sejarah? Apakah kita masih aman dalam bingkai NKRI ini?
Pematik pun mencoba untuk menceritakan sebuah kisah Hidup dari seorang mama saat itu:
Pematik pun menceti "Kisah Mama Papua saat Biak Berdarah "Dimana saat itu Mama Teneke Rumkabu dan Kawan-Kawannya mengalami, penyiksaan, intimidasi, pemerkosaan, pembunuhan serta banyak tindakan tidak manusiawi lainnya yang tidak dapat kami ungkapkan karena begitu sakit ketika menceritakan kisah ini.
Semua tindakan ini dilakukan oleh militer indonesia diatas tanah Biak West Papua.
Ketika tepat 10:30 WIB, ruang DISKUSI dibuka sehingga setiap mahasiswa yang hadir saat diskusi berperan aktif dalam diskusi tersebut.
Berikut ini semua adalah pendapat dan tanggapan dari Mahasiswa Papua saat mengikuti Diskusi.
Yunus bercerita, melalui apa yang saya dengarkan dari orang tua pada Tahun 1998-1999 penjagaan ketat yang dilakukan oleh militer terhadap perusahan asing di biak, bukan hanya biak tapi didaerah lain seperti serui, waropen dll. Lanjut, ia pun mengatakan bahwa saat itu tuntutan utama yang dilakukan oleh masyarakat dibiak adalah menolak perusahaan ikan yang sudah berhasil ditutup dan juga mereka menolak adanya perusahaan asing lainnya yang datang dan mau merusak alam Papua. Saat itu mereka berpikir untuk generasi penerusnya agar tetap tercatat dalam benak dan hati anak-anaknya.
Yang paling sedih sekali adalah ketika saya membaca 20 tahun tragedi biak berdarah, dimana pada saat itu mama” kita disiksa, diperkosa, dianiaya, dan dibunuh. Bagimana degan generasi kita yang masih biasa dengar cacatan sejarah, bagimana dengan perasaan kita saat ini? Yang jelas pasti kita akan merasa sakit hati dan semangat emosional perlawanan itu akan timbul dalam diri kita.
Che Gide, mengatakan pada tahun 1998 biak berdarah itu di Indonesia sendiri jaman bangkitnya reformasi dan di Papua sendiri adalah jaman bangkitnya perlawanan dan pertumpahan darah yang besar-besaran.  Daerah Operasi Militer (DOM) 1977 di tanah papua pada waktu itu orang biak lebih mengerti pada saat suharto mau jatuh.
Orang-orang” biak dianggap berbahaya pada saat itu, Suharto punya kekuasaan jatuh pada saat itu rasanya bebas pada saat itu wamena benderah Bintang Kejora berkibar beberapa hari karena suasananya bebas. Motivasi Pak Filip Karma biar biak merdeka dulu baru daerah lain merdeka karena pembacaan filep karma. Setelah itu Timur leste juga memamfaat kan sisuasi ini untuk merdeka, termasuk aceh dan daerah lain. Pada saat itu mempersiapkan para politikus untuk merdeka, namun pemerintah datang membubarkan bahkan ada yang dibunuh hingga ada yang melarikan diri dihutan. Lebih sadis lagi 32 nyawa telah tewas setelah tragedi biak berdarah ini. Perjuangan itu sudah ada pada zaman Arnol AP, Kritis moniter terjadi pada jaman reformasi, gerakan” itu sudah ada Tahun 1970an pada saat itu rambut kribo di anggap OPM dan ditangkap sehingga situasi saat itu masyarakat Biak dan sekitarnya hidup dalam tekanan dan ancaman militerisme, ujarnya.
Biak berdarah cerita itu dari orang tua nenek moyang kita itu sudah pernah ada, jadi bagi kita Kawan-Kawan kita jangan melewatka diskusi seperti ini, ini sangat penting supaya kita tau bawah duluh orang tua kita mengalami seperti ini.
Ada seorang kawan lanjut dan mengatakan bahwa Wamena saat ini masih dingap daerah rawan oleh Tni POLRI Jadi masyarakat susah bergerak untuk melakukan aktivitas terlebih hari-hari agenda nasional seperti biak berdarah. Di Papua kita susah belajar sejarah, tempat belajar sejarah disini, dalam arti diluar papua
Kenapa kita masih ada dalam bingkai NKRI padahal kita sudah deklarasikan kemerdekaan West Papua? Ujarnya.
Ada sebuah pertanyaan yang timbul dari seorang kawan ia mengatakan mengapa Papua sudah merdeka tapi sampai sekarang kita masih ada dalam Indonesia?
Indonesia tidak ingin lepas Papua untuk merdeka karena Papua mempunyai kekayaan alam memlimpah, nkri tidak mau Kehilangan kekayaan alam itu sendiri, negara sampai saat masih kuras kekayaan ala ini. Hal inilah yang membuat Indonesia tidak bisa lepaskan papua dari nkri.
Dalam hati kecil orang Papua, terus ada hati dan cinta akan Papua merdeka itu ada namun kenyataan mereka ditawarkan hal-hal menis oleh pemerintah Indonesia terhadap masyarakat Papua dengan tujuan orang Papua lupa akan rasa ingin merdeka lagi pula mereka mematikan pola pikir orang Papua untuk melemahkan api perlawanan itu dari kehidupan orang Papua. Buktinya Persiden jokowi sudah 7 kali kujungan ke Papua untuk menutup orang papua yang ingin lepas dari NKRI. Cara yang digunakan oleh NKRI adalah peresiden bawah diri kemasyarakat dan TNI/POLRI main dibelakang dan memusnahkan orang Papua. Dilihat dari sejarah 1961 setelah Deklarasi Papua. Demi kepintingan imprealisme,kapitalisme terbesar termasuk Kontrak karya Pt. Freeport dan perusahaan lainnya. Maka terjadilah DOM (daerah operasi militer)  dipapua.
Waktu itu papua 1 desember 1961 sudah merdeka namun dibatalkan oleh suarto dengan  kirim trikomando rakyat: Bubarkan negara buatan boneka, Kibarkan merah putih di seluruh tanah papua, Sosialisasi di seluruh tanah papua.
Yunus, Kenapa Indonesia merelakan Timur leste mereka, namun kenapa tidak mau melepaskan papua? Karena Indonesia punya perhitungan bawah Timur leste hanya minyak sedangkan papua punya kekayaan alam melimpah yaitu, minyak ada disorong,emas ada ditimika dll. Konflik pilkada adalah taktiknya pemerintah agar masyarakat saling membunuh. Kunjungan persiden kepapua tujuan hanya untuk survei tempat untuk membagun modal untuk kepentingan negara. Setelah hari proklamasi hingga saat ini TNI polri bermain lewat politik untuk mengabiskan OAP dari tanahnya sendiri.
"Emon,  Saat ini yg terjadi org tua kita dipapua adalah menceritakan adalah politik dibanding sisuasi yang terjadi dipapua. Harus ada sosialisasi dipapua. Kawan-Kawan kita OAP banyak yang tidak memahami tentang sejarah papua, karena terlalu keenakan dengan jaman globalisasi saat ini.
Setelah kejadian biak berdarah, wamena berdarah itu sudah ada gerakan perlawanan namun kesini-kesini sdh tdk ada, itupun ada namun mereka lebih bahas yang lain dibanding sejarah papua pada hal kita sedang dijajah oleh NKRI, semuanya karena kita sudah merasa aman dengan sisuasi yg ada saat ini. Politik ini membuat kita lupa akan sejarah perjuangan rakyat papua.
Ali, mengatakan Menyangkut sejarah 1977 orang papua banyak yang korban. Dahulu di bokondini itu ada markas opm, menurut cerita orang tua banyak yang korban yang sampai sekarang itu tidak pernah dihitung itu kejadian Sebelum biak berdarah.
Tiom berdarah ada 4 orang yang pernah bapa saya antar, dan sampai saat ini tempat itu militer sudah mendirikan pos penjagaan, banyak marga tabuni yang melarikan diri ke daerah-daerah terdekat sejak tahun 1977. Sampai ada yang lari ke Vanuatu. Trauma,dahulu yang saya dengar tentara datang mereka larikan diri, namun sekarang ini cara pola permainan militer sekarang lebih halus. Untuk melawan ini apa yang harus kita lakukan?
Yang pertama kita harus benar-benar memahami sejarah.
Kita harus belajar banyak hal tentang sisuasi internal dan external.
Kasus seperti biak berdarah kita kembali melihat Kawan-Kawan kita dari biak, orang-orang tua tidak mau menceitakan kepada anak cucu dangan alasan orang tua tidak mau trauma ini tadak mau terjadi lagi terhadap anaknya.
Hal-hal yang harus kita lakukan sosialisasi terhadap kasus-kasus yang terjadi  seluruh tanah papua. Kongres papua ke-2 dijayapura dari sorong sampai samarai sudah ada di jayapura, bayangkan pada saat itu belum ada trasportasi yang ada saat ini. Mau belajar sejarah, berjuang untuk tanah itu kembali ada ditangan kita masing-masing. Tekanan dari orang tua terhadap anak, jangan ikut demo masalah papua merdeka, karena degan pengalaman org tua yg sudah mengalami trauma.
Che Gide, Yang harus kita buat sebagai kaum yang berintelektual Kita bergerak berdasarkan sejarah, Belajar mengenai pendidikan ekonomi politik, Kita selalu update sisuasi internal dan external seperti Isu gizi buruk ini dibuat oleh pemerintah sengaja buat, Strategi NKRI saat ini adalah melalui ekonomi, politik, kesehatan. Kasus-kasus biak berdarah, wamena berdarah bagi orang papua wajib belajar soal ini, mungkin alasan pertama orang tua tidak mau menceritakan. Yang kedua sosialisasi ke setiap daerah yang sudah korban kekerasan  oleh militer Indonesia.
Orang-orang papua beribu-ribu jiwa yang telah korban namun NKRI tdk pernah tayangkan dilayar kaca TV Indonesia itu kenapa? ini untuk tugas kita belajar untuk memahami sejarah, oleh karena itu belajarlah sebanyak mungkin yang bisa kita belajar untuk melawan sistem yang sedang menindas rakyat papua. Bacalah sebanyak mungkin karena buku adalah tiket untuk keliling dunia.
Setelah berdiskusi panjang akhirnya tepat pukul 12:20 Wib. Berakhirlah diskusi dengan ini penutup dari diskusi tersebut ada beberapa poin penting yang terlahir yaitu : Lebih Banyak Belajar dan memperdalam Sejarah Papua, Banyak membaca buku, Banyak diskusi, Sosialisasi tentang pentingnya sejarah bangsa papua kepada orang tua, keluarga dan siapa saja yang kita jumpai. Serta Membuat catatan sejarah dalam bentuk audio visual (video dokumenter) .
itulah beberapa point inti yang menjadi rekomendasi untuk kita lakukan bersama dalam melawan lupa tragedi Biak Berdarah. Dengan melawan lupa maka kita melawan musuh utama kita yaitu, KOLONIALISME, IMPERIALISME, MILITERISME sampai kepada “HAK MENENTUKAN NASIH SENDIRI BAGI BANGSA WEST PAPUA “
PAPUA MERDEKA
Diselenggarakan oleh:
"Aliansi Mahasiswa Papua Komite Kota Jakarta Dan Sektor Tangerang "
penulis, Helena.

Posting Komentar

0 Komentar